• Latest
  • Trending
  • All
Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

1 minggu ago
Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

10 menit ago
Etika, Kuasa, dan Tanggung Jawab: Tanggapan untuk Ketua DPRD Kabupaten Alor

Etika, Kuasa, dan Tanggung Jawab: Tanggapan untuk Ketua DPRD Kabupaten Alor

2 hari ago
Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan

Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan

2 hari ago
Fenomena dikibarkan bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80, Begini Tanggapan Istana

Fenomena dikibarkan bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80, Begini Tanggapan Istana

3 hari ago
Revitalisasi Sekolah di NTT Dapat Dukungan Dana Rp615 Miliar dari Kemendikdasmen

Revitalisasi Sekolah di NTT Dapat Dukungan Dana Rp615 Miliar dari Kemendikdasmen

3 hari ago
Senyum Palsu Surga NTT: Pendidikan yang Bikin Nangis Anak-Anak

Senyum Palsu Surga NTT: Pendidikan yang Bikin Nangis Anak-Anak

1 minggu ago
Hijau Sejak Dini: Kelas Ekologi dari Koalisi Kopi Lembata

Hijau Sejak Dini: Kelas Ekologi dari Koalisi Kopi Lembata

1 minggu ago
NTT di Bawah Bayang- Bayang Perdagangan Manusia

NTT di Bawah Bayang- Bayang Perdagangan Manusia

2 minggu ago
Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

2 minggu ago
Mahasiswa NTT di Semarang Perkuat Citra Toleransi dan Solidaritas Lewat Bakti Sosial

Mahasiswa NTT di Semarang Perkuat Citra Toleransi dan Solidaritas Lewat Bakti Sosial

2 minggu ago
Darah, Luka, dan Diam: Kisah Perempuan Rote yang Tak Bisa Dibungkam

Darah, Luka, dan Diam: Kisah Perempuan Rote yang Tak Bisa Dibungkam

2 minggu ago
Langkah Sunyi Menyulam Asa

Langkah Sunyi Menyulam Asa

2 minggu ago
Sabtu, Agustus 9, 2025
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
pandurakyat.id
  • MENU
    • Editorial
    • Pandu Aktual
      • Berita Daerah
      • Berita Nasional
    • Pandu Inspirasi
    • Pandu Literasi
      • Ulasan Buku
      • Karya Seni dan Budaya
      • Film dan Dokumenter
    • Pandu Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • Pandu Opini
  • Login
No Result
View All Result
Advertisement
  • MENU
    • Editorial
    • Pandu Aktual
      • Berita Daerah
      • Berita Nasional
    • Pandu Inspirasi
    • Pandu Literasi
      • Ulasan Buku
      • Karya Seni dan Budaya
      • Film dan Dokumenter
    • Pandu Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • Pandu Opini
No Result
View All Result
pandurakyat.id
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Editorial

Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

Bupati harus mengambil tindakan nyata dan kebijakan konkret yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat, bukan hanya menampilkan pencitraan dan acara seremoni tanpa hasil apalagi sibuk distribusi keluarga dan kerabat sembari mengangguk-angguk arahan dari Kupang dan Jakarta.

by Tim Redaksi
08/01/2025
in Editorial
0 0
0
Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

Ilustrasi: Lembata di Tangan Kanis-Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase/NLA.

Share on FacebookShare on Twitter

Pandurakyat.id – Baru -baru ini mencuat kasus pengelolaan aset publik Taman Ria Swaolsa Tite yang sarat dugaan pungutan liar, pengrusakan fasilitas, dan pengambilalihan kewenangan tanpa prosedur proper juga menegaskan dominasi kepentingan kelompok tertentu yang menggunakan jabatan publik untuk keuntungan politik dan ekonomi mereka.

ad_300x250 Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

Ketika kewenangan pengelolaan aset publik diambil alih tanpa prosedur yang jelas dan akuntabel—misalnya, tanpa pelelangan atau pengangkatan resmi ini adalah bentuk nyata birokrasi patrimonial. Kelompok tertentu memanfaatkan posisi mereka untuk menguasai aset strategis, yang seharusnya berada di tangan pemerintah sebagai pelayan rakyat, dan malah jadi alat politik atau ekonomi eksklusif kelompok itu.

Related posts

2 Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

NTT di Bawah Bayang- Bayang Perdagangan Manusia

2 minggu ago
182
ChatGPT-Image-Jul-24-2025-05_55_55-PM Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

Menyuarakan Tangis Sunyi Anak-Anak NTT di Hari Anak Nasional

2 minggu ago
222

Dikesempatan lain, kritik pedas datang dari Wakil Ketua II DPRD Langobelen Gewura Fransiskus, terkait buruknya pelayanan dasar seperti air bersih oleh PDAM Lembata. Ironisnya, perhatian pemerintah daerah terkesan lebih sibuk pada proses rekrutmen pegawai yang penuh dengan isu nepotisme dan kolusi daripada fokus pada peningkatan kualitas pelayanan.

Suasana khas semacam ini dalam praktik birokrasi di Indonesia, terutama di tingkat daerah seperti Kabupaten Lembata, hubungan politik sering kali menjadi latar belakang utama dalam pengambilan kebijakan, mulai dari rekrutmen staf hingga pembagian jabatan.

Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari konsep patronase atau birokrasi patrimonial yang telah lama dikaji oleh para ahli ilmu sosial. Patronase adalah hubungan antara patron (penguasa) dan klien (bawahan) yang didasarkan pada ikatan pribadi dan hubungan loyalitas seumur hidup, bukan semata aturan administratif formal.

Max Weber dalam teori birokrasi patrimonilnya menjelaskan bagaimana pejabat berfungsi sebagai pelayan pribadi sang pemimpin, bukan sebagai pelayan publik yang netral.

Patronase dalam bentuk distribusi jabatan dan sumber daya dilakukan bukan untuk kepentingan rakyat, tetapi demi mempertahankan kekuasaan dan tim sukses politik.

Fenomena tersebut menciptakan siklus di mana hak-hak dasar warga menjadi korban dari kepentingan elite birokrasi dan politik lokal. Data menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Lembata terus menurun, menandakan kegagalan manajemen dan kemandirian fiskal yang kritis.

Alih-alih memperbaiki infrastruktur dan pelayanan, pemerintah lokal justru tenggelam dalam manuver politik dan pembagian kekuasaan yang sarat patronase.

Kasus PDAM Lembata dengan persoalan utama belum terbangunnya Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) adalah cermin nyata kegagalan pemerintah yang berkepanjangan. Direktur PDAM mengaku kesulitan karena ketergantungan penuh pada kebijakan dan anggaran pemerintah daerah dan pusat yang belum siap.

Namun, tuduhan fokus kebijakan yang salah dan nepotisme di internal birokrasi semakin memperburuk kredibilitas pemerintahan.

Sementara kasus Taman Ria, Bersadarkan informasi yang dihimpun Tim Pandu, Camat Nubatukan sebelumnya telah melayangkan surat yang berisi penolakan kepada Bupati Lembata yang memberikan kewenangan pengelolaan Taman Ria Swaolsa Tite kepada pihak ketiga yakni CV Palma Jaya.

Dia menilai langkah yang diambil Bupati Kanis ini salah dan tidak sesuai dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan benar.

Kendati teguran terhadap pihak pengelola pun tidak dihiraukan begitu saja. Malahan, ia mendapat tekanan keras dari Bupati Kanis yang secara langsung meminta agar camat mengeluarkan rekomendasi untuk mengizinkan operasional pasar malam yang diselenggarakan oleh CV Dakara Prima tanpa pungutan retribusi, sebuah kebijakan yang jelas bertentangan dengan Perda Nomor 1 Tahun 2024.

Instruksi Bupati tersebut bukan hanya mengabaikan aturan hukum, tetapi juga melemahkan potensi Pendapatan Asli Daerah yang menjadi hak rakyat.

Pengambilalihan ini tidak hanya melanggar aturan tata kelola pemerintahan yang transparan, tapi juga melemahkan kontrol masyarakat dan memperbesar potensi korupsi. Semua praktik ini menggambarkan realitas patronase yang menjerat birokrasi kabupaten, jauh dari idealisme pelayanan bagi rakyat.

Nelayan, Tani, Ternak: Antara Niat dan Tidak

Program pertama yang diprioritaskan, kata Kanis kepada media pasca dilantik adalah mengurangi ketergantungan bantuan untuk Kabupaten Lembata dari luar daerah dengan mendorong produktivitas “Nelayan, Petani, dan Peternak untuk mengolah potensi sumber daya alam daerah.”

Program ini bertalian dengan tagline paslon TUNAS; “Nelayan, Tani, dan Ternak.”

Sebelumnya diberbagai kesempatan kampanye, Bupati Petrus Kanisius Tuaq,  tegas menyatakan, “kami akan memberdayakan nelayan,  petani, dan peternak dengan, skema subsidi pupuk,  akses pasar,  serta pelatihan teknologi modern.”

Yang terjadi selama 100 hari masa jabatan justru berbalik, dari desa pesisir hingga wilayah pegunungan, keluhan petani, nelayan, dan peternak kecil tetap sama tanpa ada perubahan berarti. Pupuk masih langka atau disunat oleh tengkulak, nelayan terus kesulitan mengakses BBM subsidi, dan peternak kecil masih menunggu pendampingan teknis yang tak kunjung datang.

Bila benar bupati memiliki niat membenahi situasi, tentu langkah konkrit sudah terlihat di lapangan. Namun kenyataannya, yang ada hanyalah seremonial dan peresmian tanpa makna, yang tidak menyentuh kebutuhan riil akar rumput.

Suara protes akar rumput juga tersebar di media sosial, bahwa mereka tidak butuh pejabat datang dengan membawa baliho dan kamera tapi yang mereka butuh pupuk yang tiba tepat waktu, akses air yang memadai, dan harga hasil panen yang adil tanpa perantara yang merugikan.

Ketidak seriuasan bupati Lembata juga terlihat dari bagimana ia mengambil keputusan mendukung proyek pembangkit listrik tenaga geotermal secara terburu-buru tanpa melibatkan partisipasi atau persetujuan warga lokal.

Keputusan yang memaksakan kehendak pemerintah daerah dan penguasa demi mempertahankan kekuasaan politik, meskipun banyak warga yang menolak karena khawatir kehilangan lahan pertanian, sumber air, dan warisan budaya.

Penolakan rakyat ini beralasan kuat, namun diabaikan oleh pemerintahan Bupati yang terkesan mengabaikan aspirasi masyarakat demi keuntungan politik dan proyek ekonomi.

Hal ini menjadi penting persis ketika kabupaten Lembata Dalam Angka 2024 (BPS Kabupaten Lembata) menunjukkan bahwa 33,90% penduduk usia kerja yang beraktivitas di sektor pertanian. Menandakan bahwa sektor pertanian masih menjadi tumpuan utama penghidupan masyarakat.

Dalam konteks ini, keluhan petani yang kesulitan mendapatkan pupuk tepat waktu, nelayan yang terus menerus menghadapi kesulitan mendapatkan BBM subsidi, dan peternak kecil yang belum mendapatkan pendampingan teknis, menjadi bukti nyata kurangnya pembenahan yang berdampak langsung ke akar rumput.

Alih-alih seratus hari pertama seharusnya menjadi pijakan menggalang kepercayaan publik, seremonial dan janji-janji kosong tanpa realisasi nyata justru semakin memperlemah harapan masyarakat.

Jika sungguh ingin meningkatkan kesejahteraan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakatnya, bupati harus mengambil tindakan nyata dan kebijakan konkret yang langsung menyentuh kehidupan masyarakat, bukan hanya menampilkan pencitraan dan acara seremoni tanpa hasil apalagi sibuk distribusi keluarga dan kerabat sembari mengangguk-angguk arahan dari Kupang dan Jakarta.

Editor: Redaksi

 

  • Ikuti kami di sini dan di sini.  
  • (Coming Soon Editorial: “Bayang-bayang AYO.”)
  • Berkarya bersama kami di pandurakyat.id. Klik di sini.
Tags: berita lembatadaerahkepala daerahnttpolitik
Tim Redaksi

Tim Redaksi

Baca juga

Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan
Berita Nasional

Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan

08/07/2025
6
Revitalisasi Sekolah di NTT Dapat Dukungan Dana Rp615 Miliar dari Kemendikdasmen
Berita Daerah

Revitalisasi Sekolah di NTT Dapat Dukungan Dana Rp615 Miliar dari Kemendikdasmen

08/06/2025
27
Load More
  • Cerita Konflik Negeri Sawai dan Desa Masihulan di Kecamatan Seram Utara

    Cerita Konflik Negeri Sawai dan Desa Masihulan di Kecamatan Seram Utara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepala Desa Leubatang Desak Penindakan Tegas Terhadap Pelaku Penikaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dugaan Penyelewengan Dana Desa Panama, FP2L Desak Pemeriksaan Transparan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelajar dan Mahasiswa Leubatang di Yogyakarta Gelar Open Donasi untuk Pembangunan MA Nurul Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

BERKARYA BERSAMA KAMI

  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

KATEGORI

TANDAI

#AlorUntukSemua #EtikaKepemimpinan #JagaRuangPublik bakti sosial berita lembata CES 2017 daerah Election Results eSports Fashion Week Game of Thrones geotermal Golden Globes Hut RI Imles Inspirasi Istana kategori oscars kemendikdasmen kepala daerah Korupsi krisis pendidikan laka lena lembata semarang mahasiswa jogja Market Stories mark manson Mark Zuckerberg masa depan anak MotoGP 2017 Nintendo Switch ntt One Piece pandu literasi Playstation 4 Pro polda politik Prabowo rekomendasi flim indonesia Sillicon Valley toleransi Trump Inauguration United Stated White House Women from Rote Island

Copyright: Pandurakyat (2024)

No Result
View All Result
  • Pandu Opini
  • Editorial
  • Pandu Aktual
    • Berita Daerah
    • Berita Nasional
  • Pandu Literasi
    • Karya Seni dan Budaya
    • Film dan Dokumenter
    • Ulasan Buku
  • Pandu Inspirasi
  • Pandu Teknologi
  • Pandu Sastra
    • Cerpen
    • Puisi

Copyright: Pandurakyat (2024)

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.