Makassar, 2013 – Dalam buku otobiografi berjudul Melawan Takdir, Hamdan Juhannis menceritakan kisah hidupnya yang penuh perjuangan, kesulitan, dan keberanian. Buku ini bukan hanya sebuah kisah pribadi, melainkan juga sumber inspirasi bagi siapa saja yang merasa terbelenggu oleh keadaan. Kisah Hamdan mengajarkan bahwa meskipun dilahirkan dalam kemiskinan, seseorang tidak boleh menyerah pada takdir.
Hamdan lahir di Desa Mallari, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, dalam kondisi serba kekurangan. Kehidupannya penuh dengan perjuangan, mulai dari menjadi anak yatim piatu hingga menghadapi keterbatasan ekonomi. Salah satu momen yang mengharukan dalam buku ini adalah ketika Hamdan sering menerima usapan kepala dari keluarga yang berkunjung ke gubuk sederhana tempat tinggalnya. Meski usapan itu penuh dengan kasih sayang, air mata Hamdan sering kali mengalir, namun ia merasa bahwa meskipun hidup mereka serba terbatas, mereka tidak menghadapinya sendirian.
Buku ini mengangkat berbagai pengalaman hidup Hamdan yang menggugah, seperti hidup di gubuk yang hanya seharga Rp 5000, merajut tenunan, menghadapi musibah traktor, dan menjadi murid teladan meskipun tanpa banyak fasilitas. Meski begitu, Hamdan tidak pernah menyerah. Ia terus berjuang dengan semangat yang luar biasa, membuktikan bahwa latar belakang keluarga yang sederhana tidak menghalangi seseorang untuk meraih cita-cita.
Selain itu, Hamdan juga menulis tentang perjalanan hidupnya yang penuh dengan kejutan, seperti menjadi penjual kantong plastik untuk buruh bangunan, berpetualang ke Pondok Modern Gontor, hingga akhirnya mendapatkan kesempatan untuk masuk televisi dan menjadi bagian dari presiden meeting club. Semua ini membentuk karakter Hamdan yang keras kepala dalam meraih impian.
Salah satu momen penting dalam hidup Hamdan adalah ketika ia berhasil menyelesaikan studinya dan meraih gelar sarjana terbaik. Ini adalah titik balik yang menunjukkan bahwa kesulitan yang ia alami tidak membatasi kemampuannya untuk sukses. Bahkan, di usia 37 tahun, Hamdan berhasil menjadi seorang profesor, menandakan bahwa takdir bukanlah hal yang dapat menghalangi seseorang yang memiliki tekad kuat untuk mencapai tujuannya.
Buku Melawan Takdir ini tidak hanya memberikan wawasan tentang perjalanan hidup seorang Hamdan Juhannis, tetapi juga memberikan pelajaran tentang ketekunan, keberanian, dan bagaimana menghadapi tantangan hidup dengan optimisme. Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita berani melawan takdir dan terus berusaha.
Selain buku ini, Rumah Tujuh Langit juga memproduksi sebuah film layar lebar dengan judul yang sama, yang disutradarai oleh Quraisy Mathar. Film tersebut dirilis pada tahun 2017 dan telah diputar di berbagai bioskop di seluruh Indonesia, menggambarkan kehidupan Hamdan yang inspiratif. Film ini menjadi salah satu cara untuk mengabadikan kisah Hamdan yang menggugah banyak orang untuk tidak pernah menyerah dalam meraih cita-cita.
Dengan membaca buku ini atau menonton filmnya, siapa pun dapat belajar dari perjalanan hidup Hamdan Juhannis yang luar biasa. Sebuah pengingat bahwa di balik kesulitan, terdapat peluang besar yang bisa dicapai dengan usaha dan semangat yang tak pernah padam.