• Latest
  • Trending
  • All
Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta

Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta

2 bulan ago
Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

58 menit ago
Etika, Kuasa, dan Tanggung Jawab: Tanggapan untuk Ketua DPRD Kabupaten Alor

Etika, Kuasa, dan Tanggung Jawab: Tanggapan untuk Ketua DPRD Kabupaten Alor

2 hari ago
Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan

Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan

2 hari ago
Fenomena dikibarkan bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80, Begini Tanggapan Istana

Fenomena dikibarkan bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80, Begini Tanggapan Istana

3 hari ago
Revitalisasi Sekolah di NTT Dapat Dukungan Dana Rp615 Miliar dari Kemendikdasmen

Revitalisasi Sekolah di NTT Dapat Dukungan Dana Rp615 Miliar dari Kemendikdasmen

3 hari ago
Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

Lembata di Tangan Kanis: Janji Politik yang Terkatung-katung di Birokrasi Patronase

1 minggu ago
Senyum Palsu Surga NTT: Pendidikan yang Bikin Nangis Anak-Anak

Senyum Palsu Surga NTT: Pendidikan yang Bikin Nangis Anak-Anak

1 minggu ago
Hijau Sejak Dini: Kelas Ekologi dari Koalisi Kopi Lembata

Hijau Sejak Dini: Kelas Ekologi dari Koalisi Kopi Lembata

1 minggu ago
NTT di Bawah Bayang- Bayang Perdagangan Manusia

NTT di Bawah Bayang- Bayang Perdagangan Manusia

2 minggu ago
Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

2 minggu ago
Mahasiswa NTT di Semarang Perkuat Citra Toleransi dan Solidaritas Lewat Bakti Sosial

Mahasiswa NTT di Semarang Perkuat Citra Toleransi dan Solidaritas Lewat Bakti Sosial

2 minggu ago
Darah, Luka, dan Diam: Kisah Perempuan Rote yang Tak Bisa Dibungkam

Darah, Luka, dan Diam: Kisah Perempuan Rote yang Tak Bisa Dibungkam

2 minggu ago
Sabtu, Agustus 9, 2025
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
pandurakyat.id
  • MENU
    • Editorial
    • Pandu Aktual
      • Berita Daerah
      • Berita Nasional
    • Pandu Inspirasi
    • Pandu Literasi
      • Ulasan Buku
      • Karya Seni dan Budaya
      • Film dan Dokumenter
    • Pandu Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • Pandu Opini
  • Login
No Result
View All Result
Advertisement
  • MENU
    • Editorial
    • Pandu Aktual
      • Berita Daerah
      • Berita Nasional
    • Pandu Inspirasi
    • Pandu Literasi
      • Ulasan Buku
      • Karya Seni dan Budaya
      • Film dan Dokumenter
    • Pandu Sastra
      • Cerpen
      • Puisi
    • Pandu Opini
No Result
View All Result
pandurakyat.id
No Result
View All Result
ADVERTISEMENT
Home Pandu Aktual Berita Nasional

Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta

by Tim Redaksi
06/17/2025
in Berita Nasional
0 0
0
Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta
Share on FacebookShare on Twitter

Pandurakyat – Balai Kota Yogyakarta menjadi saksi ruang dialog kebangsaan yang hangat dan reflektif dalam sebuah kegiatan bertajuk “Orasi Akustik Wawasan Kebangsaan”, yang dirangkai dengan talk show bertema “Dampak Shock Culture”.

ad_300x250 Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta

Kegiatan ini diinisiasi sebagai wadah untuk menyuarakan keluh kesah, aspirasi, dan penghargaan dari mahasiswa asal Nusa Tenggara Timur (NTT) dan kawasan Indonesia Timur secara umum, kepada masyarakat dan pemerintah Kota Yogyakarta.

Related posts

Kelompok-Tani-An-nida-Laporkan-Dugaan-Penggelapan-Dana-Bansos-ke-Polsek-Omesuri-6-120x86 Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta

Gunung Lewotobi Meletus Spektakuler, Abu Vulkanik Selimuti Sejumlah Wilayah di NTT

2 bulan ago
78

Kapolri Tegaskan Tindak Tegas Anggota yang Salah Gunakan Senjata Api

7 bulan ago
1

Tiga narasumber utama hadir dalam forum ini: Achmad Charris Zubair, budayawan terkemuka sekaligus dosen filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM); Chandra Akbar Ishamata, anggota DPRD Kota Yogyakarta; serta Nasrudin L. Ata, perwakilan mahasiswa dan tokoh komunitas Kuamakeyo. Acara ini juga melibatkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) dan tokoh masyarakat dari berbagai kelurahan di Kota Yogyakarta sebagai audiens aktif yang diharapkan menjadi penghubung informasi dan respons dari tingkat komunitas.

Dalam sambutannya, Nasrudin L. Ata menyampaikan pernyataan yang menyentuh dan penuh kesadaran sosial.

“Kami mahasiswa NTT mengucapkan sorry dan thank you untuk Yogyakarta. Sorry apabila dalam menuntut ilmu di kota ini ada sikap atau tindakan kami yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan. Tapi kami juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya, karena Jogja telah menjadi rumah belajar, rumah bertumbuh, dan rumah harapan bagi kami,” ungkapnya.

Kata-kata tersebut menjadi titik awal dari diskusi yang hangat namun kritis, membahas pengalaman mahasiswa Indonesia Timur yang sering kali dihadapkan pada shock culture—yaitu perbedaan nilai, kebiasaan, bahkan persepsi, yang kadang menciptakan jarak antara mahasiswa pendatang dan masyarakat lokal. Forum ini menjadi penting karena menyuarakan hal-hal yang selama ini mungkin hanya beredar sebagai bisik-bisik di kos, kampus, atau media sosial, namun belum benar-benar disampaikan dalam ruang formal dan inklusif seperti ini.

Achmad Charris Zubair menggarisbawahi pentingnya membaca kembali relasi sejarah antara Yogyakarta dan NTT. Ia mengangkat figur Prof. Herman Johanes, tokoh besar dari NTT yang pernah menjabat sebagai Rektor UGM (1961–1966), dan kini namanya diabadikan menjadi salah satu nama jalan penting di kota ini.

“Hubungan Jogja dan NTT bukan relasi sementara. Ini relasi sejarah, relasi kultural, bahkan relasi moral yang harus terus dijaga. Jangan sampai karena perbedaan budaya kita menjadi saling curiga, karena bangsa ini besar justru karena keberagamannya,” jelas Charris.

Senada dengan itu, Chandra Akbar Ishamata menegaskan bahwa DPRD bersama Pemerintah Kota Yogyakarta terus mendorong kebijakan yang menjamin kenyamanan dan perlindungan terhadap mahasiswa perantau.

“Kami paham bahwa mahasiswa dari Indonesia Timur menghadapi banyak tantangan—baik sosial, ekonomi, maupun kultural. Maka, regulasi dan kebijakan kami berorientasi untuk menjamin rasa aman dan kemudahan akses, termasuk terkait tempat tinggal, hak sipil, dan aktivitas budaya,” ujarnya.

Diskusi juga mencuatkan persoalan tentang pengelolaan rumah kos yang dianggap belum sepenuhnya berpihak pada mahasiswa perantau. Perwakilan LPMK yang hadir menyatakan komitmennya untuk membawa suara mahasiswa ini ke tingkat kelurahan, termasuk menyosialisasikan kepada para pengelola kos tentang pentingnya membangun relasi kemanusiaan, bukan hanya relasi bisnis.

Kelompok-Tani-An-nida-Laporkan-Dugaan-Penggelapan-Dana-Bansos-ke-Polsek-Omesuri-3-1-1024x576 Suara dari Timur Menggema di Balai Kota Yogyakarta

Menariknya, kegiatan ini tidak hanya sarat wacana, tetapi juga diwarnai ekspresi budaya. Pada kesempatan tersebut, komunitas Kuamakeyo menampilkan tarian dolo-dolo, sebuah tarian tradisional dari NTT yang penuh semangat dan kebersamaan. Tarian ini disambut antusias oleh seluruh peserta, menjadi momen katarsis yang menyatukan suara, gerak, dan identitas. Dalam gerak kolektif itu, tergambar narasi tentang perjuangan, rasa syukur, dan harapan yang tidak bisa diwakili oleh kata-kata saja.

Penampilan orasi akustik mahasiswa juga menambah kedalaman suasana. Lagu-lagu yang dibawakan, sebagian dalam bahasa daerah, menjadi jembatan emosional antara mahasiswa dan audiens, memperlihatkan bahwa suara dari timur bukan hanya tentang tuntutan, tapi juga tentang cinta terhadap tanah air dan kota yang ditinggali.

Kegiatan ini membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya berlangsung di ruang kelas. Dialog sosial semacam ini adalah bagian penting dari proses belajar: belajar mendengarkan, belajar menghargai, belajar merawat keberagaman. Yogyakarta, dengan semua tantangan dan keistimewaannya, telah menjadi panggung di mana mahasiswa NTT dan Indonesia Timur bisa berdiri dan bersuara—bukan untuk menjadi pusat, tetapi untuk menjadi bagian dari narasi kebangsaan yang utuh.

Ketika mahasiswa menyampaikan aspirasi dengan kepala dingin dan hati terbuka, dan ketika pemerintah serta masyarakat merespons dengan empati dan komitmen, maka perbedaan tidak lagi menjadi ancaman, tetapi sumber kekuatan. Inilah yang dicita-citakan dalam orasi akustik kebangsaan kali ini: membangun harmoni, bukan homogenitas; merawat keindonesiaan, bukan hanya identitas.

Red: INM/NLA

Tim Redaksi

Tim Redaksi

Baca juga

Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi
Pandu Inspirasi

Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

08/09/2025
20
Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda
Pandu Inspirasi

Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

07/28/2025
325
Load More
  • Cerita Konflik Negeri Sawai dan Desa Masihulan di Kecamatan Seram Utara

    Cerita Konflik Negeri Sawai dan Desa Masihulan di Kecamatan Seram Utara

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kepala Desa Leubatang Desak Penindakan Tegas Terhadap Pelaku Penikaman

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Dugaan Penyelewengan Dana Desa Panama, FP2L Desak Pemeriksaan Transparan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Miskin Itu Dosa? Stigma yang Membunuh Mimpi Generasi Muda

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Pelajar dan Mahasiswa Leubatang di Yogyakarta Gelar Open Donasi untuk Pembangunan MA Nurul Hadi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

BERKARYA BERSAMA KAMI

  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

KATEGORI

TANDAI

#AlorUntukSemua #EtikaKepemimpinan #JagaRuangPublik bakti sosial berita lembata CES 2017 daerah Election Results eSports Fashion Week Game of Thrones geotermal Golden Globes Hut RI Imles Inspirasi Istana kategori oscars kemendikdasmen kepala daerah Korupsi krisis pendidikan laka lena lembata semarang mahasiswa jogja Market Stories mark manson Mark Zuckerberg masa depan anak MotoGP 2017 Nintendo Switch ntt One Piece pandu literasi Playstation 4 Pro polda politik Prabowo rekomendasi flim indonesia Sillicon Valley toleransi Trump Inauguration United Stated White House Women from Rote Island

Copyright: Pandurakyat (2024)

No Result
View All Result
  • Pandu Opini
  • Editorial
  • Pandu Aktual
    • Berita Daerah
    • Berita Nasional
  • Pandu Literasi
    • Karya Seni dan Budaya
    • Film dan Dokumenter
    • Ulasan Buku
  • Pandu Inspirasi
  • Pandu Teknologi
  • Pandu Sastra
    • Cerpen
    • Puisi

Copyright: Pandurakyat (2024)

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.