• Latest
  • Trending
  • All

IMM Dipersimpangan Jalan

13 jam ago

Dari Pati ke Lembata: Peringatan tentang Kebijakan Sepihak yang Membebani Rakyat

11 jam ago

Mahasiswa Teknik di Persimpangan: Antara Mesin, Manusia, dan Masa Depan

2 hari ago

Apa yang Paling Dicari di ChatGPT pada 2025? Ini10 Kategori Prompt Terpopuler

2 hari ago

Solusi Lengkap Agar WhatsApp Web Tidak Lagi Keluar Sendiri

2 hari ago

Darah di Bawah Seragam: Kasus Prada Lucky dan Kegagalan TNI Menjaga Anggotanya

3 hari ago
Ilustrasi: Asal Mengebut Program MBG/Dok.Pandu.

Gas Pol MBG Gagal Kendali

3 hari ago
Tim Nusantara menari di Festival Indonesian Street Performance, Titik Nol ,Yogyakarta, Kamis (6/8/2025). Dok: Istimewa.

Dari NTT ke Panggung Yogyakarta: Cerita Inspiratif Kristina Safira di Festival Nusantara Menari

3 hari ago
Upacara Milad Ke-5 MA Muhammadiyah Nangahure Kelas Jauh, Dusun Nebura, Kabupaten Sikka, NTT

Semarak Upacara Milad Ke-5 MA Muhammadiyah Nangahure Kelas Jauh: Merajut Masa Depan Pendidikan di Dusun Nebura

4 hari ago
Ilustrasi: Kisah Perjuang Licia Ronzulli dan Ambisi Saud dalam Novel Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan/pandu-Nla.

Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

4 hari ago
Ilustrasi Etika, Kuasa, dan Tanggung Jawab/pixabay.com.

Etika, Kuasa, dan Tanggung Jawab: Tanggapan untuk Ketua DPRD Kabupaten Alor

6 hari ago
Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan/Antaranews.

Kejaksaan: Mantan Kadis Kesehatan Kupang tersangka korupsi dana Kesehatan

6 hari ago
Bendera bajak laut dari serial anime One Piece. (Foto: SCMP).

Fenomena dikibarkan bendera One Piece Jelang HUT RI ke-80, Begini Tanggapan Istana

1 minggu ago
pandurakyat.id
  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Kamis, Agustus 14, 2025
  • Editorial
  • Pandu Aktual
    • Berita Nasional
    • Berita Daerah
  • Pandu Inspirasi
  • Pandu Literasi
    • Ulasan Buku
    • Karya Seni dan Budaya
    • Film dan Dokumenter
  • Pandu Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Pandu Opini
  • Editorial
  • Pandu Aktual
    • Berita Nasional
    • Berita Daerah
  • Pandu Inspirasi
  • Pandu Literasi
    • Ulasan Buku
    • Karya Seni dan Budaya
    • Film dan Dokumenter
  • Pandu Sastra
    • Cerpen
    • Puisi
  • Pandu Opini
No Result
View All Result
pandurakyat.id
No Result
View All Result
  • Pandu Opini
  • Editorial
  • Pandu Aktual
  • Pandu Literasi
  • Pandu Inspirasi
  • Pandu Teknologi
  • Pandu Sastra
ADVERTISEMENT

IMM Dipersimpangan Jalan

Ilhamsyah Muhammad Nurdin by Ilhamsyah Muhammad Nurdin
08/13/2025
in Ulasan Buku
A A
0
BagikanBagikan

Bayangkan sebuah organisasi yang lahir di tengah semangat perubahan, menyerap energi zaman, namun kini berdiri di simpang empat sejarah. Ke kiri ada jalan pragmatisme, ke kanan ada lorong ideologi asing, di belakang ada nostalgia masa lalu, dan di depan terbentang jalan panjang penuh peluang sekaligus risiko. Di sanalah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berdiri tegap, tetapi dituntut untuk memilih arah.

ad_300x250 IMM Dipersimpangan Jalan

IMM: 61 Tahun Mengarungi Zaman

IMM bukan pendatang baru dalam gelanggang sejarah. Sejak 1964, ia menjadi rumah ideologis bagi mahasiswa Muhammadiyah, wadah pengkaderan intelektual dan pejuang kemanusiaan. Ia lahir dari rahim Muhammadiyah, tapi tumbuh dengan wajah khasnya sendiri: memadukan idealisme Islam berkemajuan dengan militansi gerakan mahasiswa.

Baca juga

Cover-Depan-2 IMM Dipersimpangan Jalan

Mahasiswa Teknik di Persimpangan: Antara Mesin, Manusia, dan Masa Depan

08/11/2025
64
cover-qqq-120x86 IMM Dipersimpangan Jalan

Antitesa yang Menginspirasi: Perempuan, Peran, dan Ambisi

08/09/2025
116
Load More

Buku ini mengajak kita menengok ke dalam cermin filsafat untuk melihat IMM bukan sekadar organisasi, melainkan sebuah “makhluk sosial-ideologis” dengan ruh, nalar, dan arah gerak. Empat pilar filsafat (ontologi, epistemologi, aksiologi, logika) menjadi pisau bedah untuk memahami jati diri IMM di tengah pusaran modernitas.

Ontologi IMM: Siapa Kita?

Ontologi bertanya: “Apa itu IMM?”

Jawaban buku ini jelas: IMM adalah ciptaan yang lahir dari visi Muhammadiyah, bukan kebetulan sejarah. “Yang ada” adalah ide, tujuan, dan struktur IMM. “Yang nyata” adalah semua pergerakan, kader, aksi, dan buah karya yang tampak di mata publik.

Namun, keberadaan IMM selalu dinamis dipengaruhi ruang, waktu, dan interaksi sosial yang plural. Konflik? Wajar. Gesekan? Pasti. Tapi justru dari dialektika itulah IMM bisa tumbuh, asalkan tidak terjebak dalam stagnasi.

Epistemologi IMM: Dari Mana Kita Berpikir?

Epistemologi IMM bertumpu pada wahyu, rasio, dan pengalaman empiris. Wahyu adalah kompas, akal adalah peta, dan pengalaman adalah jalan yang dilalui. Ketiganya bersinergi untuk melahirkan paradigma Gerakan Intelektual Profetik, gerakan yang berpijak pada nilai kenabian, tapi tak alergi terhadap metodologi ilmiah modern.

Di sinilah IMM berbeda dari organisasi mahasiswa lain: ia tidak hanya bergerak karena isu, tapi karena visi. Bukan sekadar bereaksi pada keadaan, tapi menciptakan keadaan.

Aksiologi IMM: Untuk Apa Kita Bergerak?

Aksiologi menegaskan: pengetahuan tanpa aksi hanyalah pajangan. IMM hadir untuk, pertama, memajukan sumber daya intelektual demi menyelesaikan masalah umat dan bangsa; kedua, menegakkan kemandirian ekonomi kader; ketiga, menjadi mitra kritis bangsa, independen dari kepentingan politik praktis; dan keempat, memuliakan perempuan, menyelamatkan lingkungan, dan memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan.

Etika gerakannya terinspirasi Etika Welas Asih Kiai Ahmad Dahlan: menolak logika “yang kuat yang menang”, dan memberi ruang bagi yang lemah untuk tumbuh.

Logika IMM: Bagaimana Kita Menyusun Langkah?

Logika IMM harus tajam, sistematis, dan bebas dari cacat pandang. Kader IMM dituntut berpikir objektif, tidak sekadar mengikuti arus opini, apalagi termakan narasi instan media sosial. Di era banjir informasi, logika adalah tameng terakhir agar organisasi tidak terjebak dalam polarisasi atau manipulasi.

Pluralitas dan Perubahan: Dua Keniscayaan

IMM mengakui pluralitas sebagai kodrat kehidupan. Perbedaan suku, agama, budaya, dan pandangan politik bukan ancaman, tapi bahan baku sintesis sosial baru. Di tengah naiknya gelombang intoleransi, IMM harus menjadi jembatan, bukan tembok.

Perubahan juga tak bisa dihindari. Teknologi, pola pikir, dan struktur sosial berubah cepat. IMM harus melangkah di “tahap fungsional”, memanfaatkan perubahan untuk kemajuan, bukan hanya menjadi penonton atau korban zaman.

Relevansi untuk Hari Ini

Di tengah derasnya arus informasi, ketika fakta dan opini bercampur dalam pusaran media sosial, IMM hadir bukan sekadar menjadi penonton perubahan, tetapi pemain yang menentukan arah permainan. Era digital telah mengubah media sosial menjadi arena pertempuran gagasan dan ideologi, di mana narasi dibangun dan dipertarungkan setiap detik. IMM tidak cukup hanya eksis sebagai nama di ruang maya, tetapi harus menjadi sumber yang kredibel, menginspirasi, dan memandu. Literasi digital menjadi perisai yang wajib dimiliki setiap kader agar tidak terseret arus kabar palsu atau propaganda yang menyesatkan.

Godaan zaman ini datang dengan wajah yang memikat, liberalisme yang menjanjikan kebebasan tanpa batas, kapitalisme ekstrem yang menawarkan kemewahan instan, serta relativisme nilai yang membuat segalanya tampak setara. Melalui layar gawai, ideologi-ideologi ini merayap halus, membentuk pola pikir tanpa disadari. IMM harus berdiri sebagai benteng intelektual yang waspada, bukan dengan menolak semua hal baru secara membabi buta, tetapi dengan menyaring, mengkritisi, dan menawarkan alternatif yang berpijak pada Islam berkemajuan.

Di sisi lain, ketidakpastian ekonomi global mengintai. Resesi, persaingan kerja yang ketat, dan otomatisasi menjadi kenyataan yang tidak bisa dihindari. Kemandirian ekonomi kader bukan lagi sekadar tambahan program, melainkan fondasi yang menentukan daya hidup organisasi. IMM harus melahirkan kader yang tidak hanya pandai berbicara, tetapi juga mampu mencipta lapangan kerja, membangun usaha sosial, dan memanfaatkan peluang ekonomi untuk memperluas dampak dakwah dan kemanusiaan.

Dalam arena politik, bangsa ini tengah berada pada titik rapuh akibat polarisasi dan pertarungan kepentingan yang menggerus persatuan. IMM tidak boleh terjebak dalam partisan sempit yang memecah belah. Peran sejatinya adalah menjadi penengah yang rasional, mengajukan solusi berbasis riset, dan mengedepankan nilai-nilai keadilan. Politik kebangsaan yang diusung IMM haruslah politik yang mempersatukan dan memberdayakan, bukan politik yang hanya memanaskan situasi.

Kekuatan di era ini tidak lagi ditentukan semata oleh jumlah anggota, tetapi oleh keluasan jejaring dan keberanian untuk berkolaborasi. IMM harus membuka diri pada kerja sama lintas sektor baik dengan akademisi, pelaku industri kreatif, organisasi masyarakat sipil, hingga jejaring internasional, selama itu memperkuat visi dan identitas ikatan. Teknologi pun tidak boleh dipandang sebagai ancaman belaka. Artificial Intelligence, big data, dan inovasi digital lainnya dapat menjadi amunisi untuk memperluas jangkauan dakwah, pendidikan, dan pemberdayaan, jika dikuasai dan dimanfaatkan secara bijak.

Hari ini, relevansi IMM diukur bukan dari seberapa sering namanya disebut di kampus atau forum, tetapi dari seberapa besar ia mampu mempengaruhi arah zaman. IMM berada pada momen krusial untuk membuktikan bahwa ia bukan sekadar organisasi mahasiswa, melainkan kompas moral, pabrik gagasan, dan laboratorium solusi bagi kebingungan modernitas. Tantangannya besar, tetapi peluangnya jauh lebih besar bagi mereka yang berani melangkah.

Pesan yang Menggetarkan

Buku ini bukan sekadar teori, tapi wake-up call. Ia mengingatkan: IMM tidak boleh bimbang di persimpangan. Ia harus memilih jalan yang memadukan idealisme Islam berkemajuan dengan realitas kontemporer. Jalan yang mempersiapkan kader untuk menjadi pemimpin perubahan, bukan sekadar pengikut tren.

Ruh IMM -Tujuan Ikatan, Nilai Dasar Ikatan, Trilogi IMM- harus kembali menjadi “DNA” setiap kader. Gerakan Intelektual Profetik harus menjadi darah yang mengalir di seluruh program, dari kampus hingga ranah nasional.

Sebagai penutup, seperti pasukan marinir yang disebut Will Durant, filsafat membuka jalan bagi ilmu; dan seperti infanteri, ilmu menembus rimba masalah. IMM adalah keduanya: marinir yang meretas jalan, dan infanteri yang menaklukkan medan. Persimpangan ini bukan akhir, tapi titik lompatan. Pertanyaannya: Apakah kita berani memilih jalan yang menuntun IMM menjadi mercusuar peradaban, atau sekadar lampu kecil di lorong sejarah?

Buku Kedua Karya Ilhamsyah Muhammad Nurdin

Tags: FilsafatGerakan MahasiswaIMMIntelektualmahasiswaMuhammadiyahulasan buku
Ilhamsyah Muhammad Nurdin

Ilhamsyah Muhammad Nurdin

Baca juga

Editorial

Dari Pati ke Lembata: Peringatan tentang Kebijakan Sepihak yang Membebani Rakyat

08/13/2025
49
Ulasan Buku

Mahasiswa Teknik di Persimpangan: Antara Mesin, Manusia, dan Masa Depan

08/11/2025
64
Load More

INFOGRAFIS

@pandurakyat.id
EDITORIAL edisi 30 Juli 2025

BERKARYA BERSAMA KAMI

  • Kirim Tulisan
  • Tentang Kami
  • Disclaimer
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber

Copyright: Pandurakyat (2024)

No Result
View All Result
  • Pandu Opini
  • Editorial
  • Pandu Aktual
    • Berita Daerah
    • Berita Nasional
  • Pandu Literasi
    • Karya Seni dan Budaya
    • Film dan Dokumenter
    • Ulasan Buku
  • Pandu Inspirasi
  • Pandu Teknologi
  • Pandu Sastra
    • Cerpen
    • Puisi

Copyright: Pandurakyat (2024)

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.