
Menjelang datangnya bulan Ramadan dan Idul Fitri 2025, banyak masyarakat mulai bertanya-tanya tentang jadwal puasa dan perayaan Lebaran tahun ini. Muhammadiyah, melalui penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), telah menetapkan bahwa Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1446 H jatuh pada Ahad, 30 Maret 2025. Sementara itu, kalender Hijriah yang dirilis oleh Kementerian Agama RI memperkirakan 30 Maret masih sebagai hari ke-30 Ramadan, sehingga kemungkinan Idul Fitri akan dirayakan pada Senin, 31 Maret 2025.
KHGT: Langkah Baru Penyatuan Kalender Islam
KHGT diluncurkan secara resmi oleh Muhammadiyah pada 1 Muharram 1446 H. Langkah ini merupakan perubahan signifikan dari metode hisab wujudul hilal yang sebelumnya digunakan. KHGT dirancang untuk menjadi solusi kalender Islam global yang seragam, yang tidak hanya menyatukan penentuan awal bulan Ramadan dan Syawal di Indonesia, tetapi juga berpotensi mempersatukan umat Islam di seluruh dunia.
Menurut Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar, pakar ilmu falak Muhammadiyah sebagaimana yang terlansir di https://muhammadiyah.or.id/2024/06/menjelang-launching-kalender-hijriah-global-tunggal-kalender-pemersatu-islam/ , KHGT lahir dari proses kajian panjang yang dimulai lebih dari satu dekade lalu. “Kalender ini telah melalui serangkaian seminar, diskusi publik, serta pengkajian internal Muhammadiyah. Proses tersebut akhirnya mendapatkan dukungan penuh dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar pada 2015 dan dikuatkan kembali di Muktamar ke-48 di Solo tahun 2022,” jelas Arwin.
Mengapa Muhammadiyah Memilih KHGT?
KHGT dirancang berdasarkan prinsip-prinsip falak modern yang mengacu pada hasil Kongres Kalender Islam Global di Turki pada 2016, meskipun Muhammadiyah telah memiliki rencana tersendiri jauh sebelum itu. KHGT mempertimbangkan parameter astronomis seperti visibilitas hilal yang lebih ketat dengan standar 5-8 derajat yang diputuskan dalam kongres tersebut. Standar ini diharapkan mampu menghilangkan ketidakkonsistenan dalam penentuan awal bulan Hijriah.
“Kami sadar akan tantangan dalam mengadopsi kalender global. Namun, KHGT adalah bentuk ijtihad besar Muhammadiyah untuk memperbaiki sistem kalender Islam yang selama ini sering berbeda antara satu negara dengan lainnya,” ujar Arwin. Beliau juga menambahkan bahwa kalender ini diharapkan bisa menjadi jawaban atas “hutang peradaban” Islam dalam bidang sistem penanggalan.
Respons dan Tantangan
Peluncuran KHGT tidak lepas dari kritik dan tantangan. Sebagian pihak masih mempertanyakan penerapannya secara luas di tingkat global. Muhammadiyah, melalui Majelis Tarjih dan Tajdid, telah melakukan sosialisasi masif ke berbagai daerah, bekerja sama dengan perguruan tinggi Muhammadiyah di kota-kota seperti Yogyakarta, Medan, dan Bandung.
Meski ada tantangan, KHGT terus dikembangkan dengan menerima kritik yang membangun. Arwin menegaskan bahwa penyempurnaan akan terus dilakukan untuk mencapai sistem yang lebih inklusif dan akurat. “Kami menyambut baik diskusi yang konstruktif demi kemajuan bersama,” pungkasnya.
Dengan hadirnya KHGT, Muhammadiyah berharap umat Islam dapat semakin mendekati kesatuan waktu ibadah secara global, menjadikan kalender ini tidak hanya sebagai solusi teknis, tetapi juga sebagai simbol persatuan umat.